Jakarta-PPI UNAS. Dukungan teknologi komunikasi merekatkan kembali tali silaturahmi dan memperkuat misi dakwah para dai konservasi di Indonesia dan Malaysia.
Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI-UNAS) bersama dengan Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (LPLHSDA MUI), Sabtu (20/06/20), menggelar acara Silaturahmi Idul Fitri Dai Konservasi, dan menghubungkan secara virtual sebanyak 20 orang dai konservasi yang berada di Terengganu (Malaysia), Riau, Sumatera Barat, Lampung, Ketapang, dan Banten di Indonesia.
Silaturahmi ini juga dihadiri oleh Ketua PPI UNAS, Dr. Fachruddin Mangunjaya, Wakil Rektor Universitas Nasional, Prof. Dr. Ernawati Sinaga MS. Apt, Ketua LPLHSDA-MUI, Dr. Hayu Prabowo, staf pengajar di Universitas Nasional dan undangan lainnya.
Hadir pula Prof. Dr. Ahmad Zaki bin Engku Alwi, Guru Besar Ushuluddin Universiti Sultan Zainal Abidin, Terengganu, Malaysia, yang memberikan ceramah silaturahmi, dan Dr. Hendra M. Saragih, Sekretaris PPI-UNAS yang bertindak sebagai moderator silaturahmi.
Dalam sambutan pembukaannya, Wakil Rektor Universitas Nasional, Ernawati, menyampaikan, wabah Covid-19 yang melanda dunia saat ini telah mendorong perubahan cara komunikasi dan interaksi masyarakat. Cara lama yang menggunakan pertemuan tatap muka kini mulai ditinggalkan dan berganti dengan cara baru dan mengandalkan teknologi komunikasi yang dilakukan secara virtual.
“Bagi sebagian masyarakat, ini sebuah tantangan. Namun kondisi ini ternyata telah memaksa masyarakat termasuk para dai untuk belajar dan beradaptasi secara cepat. Adaptasi ini sangat diperlukan, karena teknologi telah menjadi pilihan yang tidak dapat ditawar, termasuk untuk kegiatan dakwah para dai konservasi. Selain menjadi sarana untuk menyampaikan pesan dakwah, teknologi komunikasi juga menjadi media untuk saling belajar dan berbagi pengetahuan dari wilayah-wilayah lain, seperti yang dilakukan dalam acara silaturahmi ini.” ujar Ernawati.
Dia juga berharap, ke depan PPI-UNAS akan semakin aktif untuk memfasilitasi kegiatan dialog dan proses pembelajaran secara virtual untuk meningkatkan komunikasi dan kapasitas para dai, baik dengan sesama dai maupun lembaga-lembaga lain yang mendukung upaya penyebaran pengetahuan dan risalah Islam.
Untuk memperkuat misi dakwah para dai konservasi, Prof. Dr. Ahmad Zaki menyampaikan tentang dua nikmat terbesar yang Allah SWT turunkan kepada umat Islam. Yang pertama adalah Islam sebagai sebuah ajaran agama yang lengkap dengan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup. Al-Qur’an berisi tentang berbagai hidayah, berita gembira, peringatan serta hukuman bagi manusia dalam menjalankan kehidupan di muka bumi. Dan yang kedua adalah diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Dia adalah suri tauladan yang sempurna dimana seluruh perilakunya merupakan cerminan dari isi Al-Qur’an, perilaku yang membawa kebaikan dan rahmat bagi semesta alam.
Rasulullah SAW diutus ke muka bumi dengan dua misi utama, yaitu untuk menegakkan agama Allah dan memakmurkan kehidupan di dunia, termasuk kehidupan semua makhluk yang diciptakan Allah SWT.
Dari kedua misi ini, Ahmad Zaki menjelaskan, para ulama kemudian menguraikan menjadi empat tugas utama Rasulullah yang disampaikan kepada seluruh umat manusia. Yang pertama adalah tauhidullah, yaitu untuk mengajak manusia menyembah hanya kepada Allah SWT dan meninggalkan penyembahan terhadap yang lain termasuk sifat-sifat jahiliyahnya. seperti kebodohan, kesesatan, kebencian, dan menuju sifat yang terang, yang berilmu, dan penuh kedamaian.
Yang kedua adalah untuk memperbaiki perilaku dan akhlaq manusia. Yang ketiga untuk membawa rahmat dan mengajak manusia saling berkasih sayang, saling tolong menolong, bersikap lemah lembut dan menjauhi dari sifat keji atau permusuhan. Serta tugas keempat adalah menyampaikan berita gembira bagi orang-orang yang beriman dan memberi peringatan bagi orang-orang kafir.
Salah satu aspek yang disampaikan dalam misi Rasulullah adalah tentang menjaga keseimbangan dan kelestarian alam.
Zaki menjelaskan di dalam Al-Qur’an, ada banyak petunjuk bagaimana manusia seharusnya bersikap terhadap alam sekitarnya, termasuk kepada tumbuh-tumbuhan dan hewan. Semua makhluk Allah SWT harus diperlakukan dengan cara yang baik dan seimbang. Dan jika terjadi kerusakan di alam, itu dikarenakan oleh perbuatan manusia dan manusia sendiri yang akan menanggung akibatnya.
“Perilaku buruk seperti merusak hutan, makan makanan yang diharamkan ataupun gaya hidup yang berlebih-lebihan adalah sebagian dari penyebab kerusakan tersebut. Salah satu dampak kerusakan tersebut adalah pandemi Covid-19 yang kini dialami oleh seluruh umat manusia. Kesusahan yang kita alami sekarang adalah hasil dari perbuatan kita sendiri. Dan Allah telah tegaskan, kita akan merasakan kesusahan ini agar kita kembali ke jalan Allah” ujar Zaki.
Dia mengingatkan bahwa para dai dan umat umat Islam pada umumnya, mempunyai peran untuk mengajak manusia di dunia ini kembali kembali ke jalan yang benar, ke jalan Islam. Islam telah lebih dulu mengajarkan tentang kebiasaan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, menjaga alam sekitar, serta menjaga keseimbangan hidup antara kebahagiaan di dunia dan di akhirat.”
Dalam silaturahmi ini, para dai juga membagikan pengalaman dakwahnya di lapangan untuk mendorong kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam.
“Tidak hanya masyarakat, terkadang aparat pemerintah dan perusahaan juga tidak paham betapa pentingnya keseimbangan alam tersebut. Mereka terkadang begitu mudah untuk memberikan izin-izin untuk kegiatan dan usaha yang merusak alam seperti pertambangan dan perkebunan.” ujar salah satu dai dari Riau.
Menanggapi hal tersebut, Dr. Hayu Prabowo menjelaskan bahwa kini telah ada program ecomasjid yang betujuan untuk meningkatkan kapasitas para dari untuk bisa saling bekerjasama dengan para pihak, termasuk pemerintah daerah dan lembaga-lembaga masyarakat lainnya seperti Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) untuk bersama-sama melakukan sosialisasi dan advokasi untuk mendorong upaya pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
Bagikan :