Wajah riang nan penuh tawa nampak di lokasi pengungsian, sesekali anak-anak berlari-lari dan bermain tangkap-menangkap. Terlihat di sudut posko, seorang ibu tengah menggendong anaknya memakai jarik bermotifkan batik. Namanya Nuraini, pengungsi dari kampung Caringin, Labuan, Pandeglang. Nuraini datang ke posko saat tsunami sedang terjadi dengan menggendong anaknya. Ia pun menceritakan bagaimana Ia bisa sampai ke posko pengungsian.
“Waktu terjadi tsunami saya sedang jualan di pantai dan memang pada saat itu terlihat anak gunung krakatau sedang erupsi dan sekitar setengah sepuluh malam semburannya semakin besar dan tidak lama kemudian semburannya menghilang namun orang-orang berhamburan melarikan diri,” ungkap Nuraini.
Perempuan 27 tahun itu berusaha mencari tahu apa yang terjadi kepada sebagian orang, namun tidak ada yang menjawab, Ia baru menyadari bahwa ada ombak besar setelah keponakannya memberi tahu. Kepanikan menyelimuti seluruh tubuhnya sembari mengucapkan istighfar dan secepat mungkin Ia membawa kedua anaknya bersama sang suami pergi berlari menjauhi pantai.
Dalam pelariannya, Nuraini pun sempat terpisah dengan sang suami namun di pikirannya hanyalah berusaha untuk hidup demi anak yang sedang digendongnya. “Yang hanya dipikiran saya hanya lari sejauh mungkin menyelamatkan diri demi anak saya,” kata Nuraini. Ia berlari melewati sebuah sawah dan hutan hingga akhirnya Nuraini tiba di posko pengungsian kecamatan Jiput.
Di sana, Nuraini bertemu dengan para relawan mahasiswa dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional (FIKES UNAS). Tak lupa, Ia mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu korban bencana tsunami di kecamatan Jiput. Ia juga mengaku sangat senang dengan adanya relawan UNAS di posko bantuan. Menurutnya, adanya relawan mahasiswa dari UNAS sangat membantu dalam melayani dan mengobati para korban bencana. “Syukur Alhamdulillah saya mengucapkan terima kasih karena telah membantu para korban disini,” kata Nuraini sembari menggendong anaknya.
Selain Nuraini, pengungsi lain, Nurhayati, warga Desa Cigodang menceritakan dampak bencana tsunami bagi dirinya. “Rumah sudah tidak ada tersapu tsunami berikut dengan harta benda lainnya,” ucap Nuryati dengan wajah termenung. Ia pun tak tahu harus pergi kemana bersama ke empat anaknya setelah status bencana selesai. “Paling kita menumpang dengan keluarga yang selamat lainnya,” kata Nuryati yang mengungsi di kecamatan Jiput. Ia berharap mendapat bantuan rehabilitasi dari pemerintah sehingga tak perlu pusing mencari tempat tinggal.
Selama di pengungsian, Nurhayati bercerita jika bantuan terus berdatangan dan kebutuhannya dapat terpenuhi bersama anak-anaknya. Ia mengaku senang dengan kepedulian yang diberikan para relawan yang berada di posko pengungsian Kecamatan Jiput. “Terima kasih kepada relawan yang siap membantu semoga kebaikan para relawan dibalas oleh yang maha kuasa,” tuturnyanya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala Promosi Kesehatan di posko pengungsian Kecamatan Jiput Didin Hasanudin. Ia merasa terbantu dengan adanya mahasiswa UNAS sehingga penangangan korban dapat terlaksana dengan baik. “Relawan dari FIKES memiliki kontribusi yang sangat baik dalam penanganan kepada korban, korban bencana merasa terbantu dan kami dari posko pengungsian Kecamatan Jiput mengucapkan terima kasih kepada pihak UNAS yang telah membantu,” ucap Didin.
Relawan FIKES UNAS telah berada di lokasi sejak Rabu (26/12). FIKES menerjunkan 15 orang mahasiswanya sebagai relawan yang tersebar di berbagai posko pengungsian.
“Mahasiswa FIKES tersebar di posko penampungan korban tsunami dan kantor Dinas Kesehatan Banten diantaranya Posko Desa Banyumekar tujuh mahasiswa, Posko penampungan korban di Kantor Kecamatan Jiput enam mahasiswa, dan kantor Dinas Kesehatan Banten dua mahasiswa. Saya berharap kegiatan ini dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa antara praktek di lapangan dan teori serta mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang manajemen penanggulangan bencana,” tutur Dekan FIKES UNAS, Dr. Retno Widowati, M.Si saat ditemui di lokasi bencana, Sabtu (29/12).
Salah satu relawan mahasiswa program studi keperawatan FIKES UNAS, Arfina atau yang biasa disapa Pina, merasa terpanggil untuk ikut membantu korban bencana tsunami yang menerjang Pandeglang, Banten. Perempuan 19 tahun itu menjadi tenaga medis di posko pengungsian Kecamatan Jiput. Di Posko tersebut ada sekitar 1.800 pengungsi dari berbagai tempat di Pandeglang.
“Kami relawan disini melakukan bantuan dengan mengobati bila ada yang sakit serta melakukan trauma healing kepada korban,” imbuh Pina.
Ia menceritakan betapa senangnya melihat anak-anak bisa bermain dengan riang gembira walau hidup di pengungsian. “Sulit tentunya hidup di pengungsian namun hal itu tak membuat anak-anak kehilangan dunianya. Anak-anak tetap bermain, belajar, dan tentu bertengkar,” ungkap mahasiswa angkatan 2015 itu.
Selama di tempat pengungsian, Pina bersama teman dan relawan lainnya mencoba melakukan beragam cara yang dapat menyenangkan hati dan jiwa anak-anak korban bencana, seperti bermain bersama, menonton video, belajar bersama, hingga mengajak anak-anak ke ruang terbuka di luar posko. Ia menuturkan, bahwa keceriaan anak-anak menjadi pelipur lara setelah terkena musibah bagi para pengungsi lainnya.
“Saya berupaya dengan relawan lainnya membuat anak-anak tak kehilangan dunia nya walaupun tempat tinggal mereka hancur,”katanya.
Pengalaman yang sama juga di alami Dewita Rahmatul Amin mahasiswa DIV Kebidanan angkatan 2018. Ia di tempatkan di posko Desa Banyumekar bersama dengan enam temannya. Dewita merasa bangga pada dirinya sendiri karena dapat membantu orang lain yang terkena musibah. Perempuan yang akrab disapa Dewi itu pun mengaku mendapat banyak pelajaran berharga di tempat posko pengungsian.
“Banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan disini, seperti ketabahan para korban walaupun terkena musibah yang rumahnya hancur atau di tinggal sanak saudaranya tapi mereka tetap kuat dan saling menguatkan satu sama lain,” ungkap Dewita
Selain mengirimkan tim relawan, Universitas Nasional melalui koordinasi FIKES, mengulurkan tangan membantu para korban bencana di selat sunda. Uluran tangan tersebut berupa bantuan tenda peleton, selimut , pakaian, logistik kebutuhan dapur umum, susu balita, susu ibu hamil, obat , pampers, hingga perlengkapan personal hygienis.
“Kami mengirimkan bantuan berupa 7 tenda peleton, selimut baru, pakaian dalam baru, pakaian baru, logistik kebutuhan dapur umum, susu bayi, susu balita, susu ibu hamil, obat obatan p3k, pampers, perlengkapan personal hygienis,” kata Dekan FIKES Dr. Retno Widowati, M.Si.
Bantuan tersebut disebar ke enam titik posko bantuan dan pengungsian oleh tim FIKES diantaranya Posko Pendopo Bupati – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kecamatan Pandeglang, Posko Kecamatan Saketi, Posko Penampungan Tarogong, Posko Puskesmas Labuan, Posko Desa Banyumekar, dan Posko pengungsian di Kantor Kecamatan Jiput.
Bantuan ini berangkat dari Gedung Menara UNAS pada Sabtu (29/12). Tepat pukul 05.15 WIB pagi, tim relawan tanggap darurat berangkat menuju tempat bencana di Pandeglang Banten, rombongan berangkat dengan lima mobil yang berisi bantuan untuk korban. Sepanjang perjalanan, nampak beberapa kendaraan yang membawa bantuan turut menuju lokasi bencana, riuh-riuh klakson berbunyi berbondong-bondong mobil berurutan. Tidak hanya itu, ambulance pun juga terlihat lalu lalang di Jalan mengarah ke lokasi.
Bantuan tersebut disebar ke enam titik posko bantuan dan pengungsian oleh tim FIKES diantaranya Posko Pendopo Bupati – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kecamatan Pandeglang, Posko Kecamatan Saketi, Posko Penampungan Tarogong, Posko Puskesmas Labuan, Posko Desa Banyumekar, dan Posko pengungsian di Kantor Kecamatan Jiput.
Pada pukul 08.10 WIB, tim relawan tiba di Posko pertama yaitu posko Pendopo Bupati – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kecamatan Pandeglang. Penyerahan bantuan dilakukan secara simbolis oleh Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dr. Retno Widowati, M.Si kepada Koordinator posko bencana BPBD Fadjri Djaffar.
Perjalanan ke Posko berikutnya dilanjutkan menuju posko di Kecamatan Saketi, dalam perjalanan pemandangan ambulan dan bantuan terus terlihat sehingga perjalanan pun menjadi tersendat karena harus mengalah dengan kendaraan petugas Disaster Victim Identification (DVI) dan kendaraan bantuan lainnya. Perjalanan menghabiskan waktu hampir 45 menit. Di Kecamatan Saketi bantuan diterima oleh koordinator posko. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Posko Penampungan Tarogong Pandeglang, sesampainya disana tumpukan bantuan nampak terlihat dan mayoritas bantuan berupa pakaian, bantuan dari UNAS ini diserahkan kepada Koordinator posko, Didin Tahajudin.
Perjalanan menuju posko ke empat pun dilanjutkan yaitu Posko Puskesmas Labuan. Hujan pun datang mengiringi perjalanan tim relawan, setibanya disana tim relawan disambut hangat oleh Koordinator posko Sri Rejeki S.ST. dan secara simbolis diserahkan langsung. Sembari hujan, tim relawan juga membawa barang dari mobil ke tempat penampungan barang di Posko Puskesmas Labuan.
Di Desa ini juga telah banyak berdiri posko bantuan baik dari institusi pendidikan maupun organisasi masyarakat. Dengan jalan yang berlubang dan cukup hanya satu mobil kecil tim relawan tetap menuju ke posko bantuan demi menyelesaikan misi kemanusiaan. Setibanya disana, hujan pun berhenti dan bantuan segera diserah terimakan secara simbolis kepada Sekretaris Desa, Ina Aminah.
Tim relawan menuju posko terakhir yakni Posko penampungan korban yang berada di Kantor Kecamatan Jiput. Dalam perjalanannya, hujan kembali mengiringi perjalanan tim relawan menuju posko terakhir dan tepat pukul 13. 45 WIB tim tiba dilokasi. Sesampainya disana terdengar gelak tawa dan teriakan yang saling sahut pecah di Posko penampungan korban sebab sedang diadakan trauma healing kepada puluhan anak korban bencana tsunami. Tim relawan menengok ke dalam posko dan berbincang dengan korban bencana, nampak anak anak sedang bermain dengan teman-teman mereka walaupun di tengah kesulitan yang sedang menimpa. (*DMS/MTH)
Bagikan :