JAKARTA – Adanya perbedaan ras, suku, budaya maupun etnik dalam dunia pendidikan merupakan sebuah langkah bagi Universitas Nasional (UNAS) untuk mempersatukan perbedaan dalam menciptakan generasi berwawasan Internasional. Hal ini dimanfaatkan UNAS sebagai sarana untuk berkembang diri menjadi perguruan tinggi yang memiliki komitmen dalam mencerdaskan kehidupan bangsa namun tak pandang hulu.
Dalam hal ini, UNAS melakukan berbagai macam kerjasama dengan universitas-universitas luar negeri salah satunya kerjasama dalam rangka pertukaran bahasa antar kedua negara. Melalui Pusat Kajian Budaya Tionghoa (PKBT) UNAS bekerjasama dengan Kantor Kerjasama Internasional (KKI) UNAS, memfasilitasi mahasiswa dari Guangdong University Tiongkok dalam rangka praktek magang mahasiswa program studi Bahasa Mandarin. Program yang berlangsung selama satu semester itu akan terdiri dari pertukaran bahasa dan dan budaya antara bahasa Indonesia dan China.
“Jadi mereka mahasiswa yang akan memperoleh sertifikat mengajar dan akan menjadi guru. Selama mengajar di UNAS, mereka juga mengikuti program Bahasa Indonesia seperti kelas membatik, film, dan belajar lagu-lagu Indonesia. Kemudian nanti akan ada perpisahan di panggung Bilingual dimana saat itu mereka akan bernyanyi lagu Indonesia dan China,” ujar salah satu staff KKI, Nyoman Elly Swandayani saat ditemui diruangannya.
Sebelum terjun ke panggung Bilingual, sebanyak 17 mahasiswa tersebut melakukan latihan pra panggung Bilingual ke IV Interdisplinary Stage dengan tema ‘Serba-serbi Bahasa Mandarin’ pada Selasa, (24/04). Dalam kegiatan itu terdapat dua mahasiswa program studi Sastra Indonesia yang mengambil mata kuliah peminatan Bahasa Mandarin dan akan ikut serta dalam perayaan perpisahan mendatang.
Elly menambahkan, program rutin ini sudah berlangsung selama empat kali dan ia berharap semakin banyak mahasiswa asing yang mau mempelajari bahasa Indonesia di UNAS. Sementara itu, tak hanya bermanfaat bagi mahasiswa Tiongkok, mahasiswa program studi Sastra Indonesia yang memilih mata kuliah peminatan Bahasa Mandarin juga berkesempatan untuk mempelajari budaya dan bahasa negara tirai bambu itu.
“Saya rasa dengan adanya program ini dapat mendorong mahasiswa UNAS untuk melihat bahwa sebenarnya mereka punya kesempatan studi keluar dengan universitas mitra UNAS. Itu bisa menjadi pengalaman internasional bagi mereka dan saya harap mereka dapat exchange sehingga bisa membangun suasana akademik yang baik,” tuturnya.
Guna mempersiapkan pertukaran mahasiswa ke luar negeri, menurut Elly, ia menghimbau bagi mahasiswa untuk memperlancar dan memperdalam bahasa, karena tanpa pengetahuan bahasa dapat menjadi kendala bagi mahasiswa untuk berkiprah di luar negeri.
“Saya pikir bahasa itu poin yang penting ya karena tanpa bahasa mereka diluar tidak akan bisa berkomunikasi. Selain itu, kurang memahami bahasanya juga dapat menghambat mereka untuk menyerap pembelajaran dengan cepat,” tandasnya.
Dalam perpisahan yang akan digelar mendatang ia berharap para mahasiswa Tiongkok bisa kembali ke negara mereka dan dapat membawa pesan-pesan positif mengenai bahasa dan budaya Indonesia. Karena menurutnya, setiap budaya yang dimiliki dapat dijadikan contoh teladan untuk terus berkembang. Sehingga dalam kesempatan ini dapat melahirkan perdamaian, ketenangan dan keamanan dalam perbedaan suku, agama, dan ras yang bermacam – macam.(*NIS)
Bagikan :