JAKARTA ( UNAS) – Character Building atau yang biasa disingkat CB merupakan sebuah kegiatan yang sarat dengan makna. Program yang dirancang untuk menyambut mahasiswa baru dengan konsep seminar dimana didalamnya terdapat beberapa materi yang sangat berguna bagi para camaba. Salah satu materi yang dirancang untuk menambah rasa nasionalisme dan cinta kepada tanah air bagi generasi muda yaitu Wawasan Kebangsaan.
Tidak tanggung – tanggung dalam rangka memberikan hasil yang optimal bagi pemberian materi yang baik dan benar UNAS bekerjasama dengan Polda Metro Jaya Direktorat Pembinaan Masyarakat ( DIT BINMAS) mengadakan seminar bertajuk “ Radikalisme dan Terorisme”. Hadirnya para penegak hukum ini adalah dalam rangka mengisi materi tentang wawasan kebangsaan yang merupakan salah satu materi wajib di dalam Character Building.
Bertempat di Aula Blok 1 Lantai 4, AKBP Yulia H selaku Kasubdit BINMAS menjelaskan bahwa radikalisme menjadi perubahan yang mendasar secara cepat, dan merupakan paham yang dibuat oleh sekelompok orang dengan cara-cara kekerasan. Menurutnya, orang radikal tidak mau menghargai pendapat orang lain, punya keyakinan dan pendapat sendiri, fanatik dalam arti yang negatif, dan selalu menganggap diri sendiri benar dan menganggap orang lain salah. Ujarnya Sabtu ( 9/9).
“Tindakan radikalisme bukanlah kesalahan ajaran agama tertentu, melainkan pemahaman yang keliru terhadap agama yang dianutnya. Jadi jangan salahkan agamanya. Radikalisme muncul dari adanya permasalahan yang timbul dalam masyarakat yang majemuk heterogen seperti di Indonesia, makanya kita harus peham dengan Bhinneka Tunggal Ika disatukan dalam ideologi Pancasila karena itu yang dapat menyatukan kita,” ungkap Yulia.
Radikalisme sendiri tambahnya, merupakan embrio dari lahirnya terorisme. Teroris berupa orang atau sekelompok orang yang secara sengaja melakukan tindakan kekerasan sehingga menimbulkan rasa takut, kengerian, dan kekejaman. Dengan dalih dan motif untuk mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi yang dianutnya mereka kerap melakukan serangkaian kegiatan teror bom yang banyak merugikan masyarakat.Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memahami radikalisme dalam proses perekrutannya. Sering kali perekrutan dilakukan dengan kajian secara tersembunyi. Salah satu cara menghindarinya adalah mempunyai benteng yang kuat, yaitu agama. Mahasiswa harus memahami konsep agama dengan benar sehingga tidak mudah tersugesti. Peduli terhadap sesama dan tidak apatis terhadap lingkungan sekitar juga merupakan hal yang penting dilakukan.
“Kita tidak boleh takut menghadapi teroris, jika kita takut maka tujuan mereka akan tercapai yaitu menimbulkan rasa takut. Kita hanya perlu meningkatkan kewaspadaan,”
Ujar mantan perwira angkatan 1996 ini.
Sejurus dengan itu Zenaya Farah selaku mahasiswi manajemen, mengaku sangat senang sekali dengan adanya seminar tentang radikalisme dan terorisme ini. Seminar ini lanjutnya, dapat memberikan modal mendasar yaitu berupa sikap waspada dan hati – hati didalam menghadapi paham – paham yang saat ini tengah menyasar generasi muda khusunya kalangan mahasiswa, imbuhnya.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama dengan jajaran Kepolisian yang hadir seperti Tim Polda Daerah Metro Jaya Direktorat Binmas, AKBP Yulia H, AKP Purnomo Basuki, Ipda Mutiara, Kompol Riftiazudin, Brigadir Heriyanto, dan Briptu Nasib.
Bagikan :