Jakarta (UNAS) – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Nasional (UNAS) mengadakan peninjauan kurikulum dengan menggandeng Badan Analisis Informasi dan Kebijakan (BAIK) KADIN Indonesia.
Kegiatan ini diikuti oleh para Kepala dan Sekretaris Program Studi FEB UNAS, secara daring melalui zoom meeting, Jumat (09/08). Pelaksana Teknis (Plt.) Dekan FEB UNAS, Prof. Dr. Suryono Efendi, S.E., M.B.A., M.M., mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk membedah dan memperbaharui kurikulum di FEB UNAS agar sesuai dengan kebutuhan industri saat ini.
“Kurikulum merupakan komponen penting dalam pendidikan, karena digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar agar tercapainya tujuan pendidikan. Karena itu, penting bagi kami untuk terus men-update kurikulum agar dapat mencetak lulusan yang kualitasnya sesuai dengan kebutuhan industri,” katanya.
Ia melanjutkan, UNAS juga telah mengimplementasikan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah, yakni Outcome Based Education (OBE) yang beriorientasi pada capaian pembelajaran atau profil lulusan yang ditetapkan oleh program studi.
Wakil Dekan FEB UNAS, Dr. Rahayu Lestari menambahkan bahwa FEB UNAS juga kerap melakukan diskusi dengan para lulusan, baik yang bekerja di instansi perusahaan, wirausaha, dosen, praktisi, serta dengan beberapa pimpinan perguruan tinggi untuk melakukan peninjauan dan kecocokan kurikulum dengan dunia kerja.
“Kami harapkan, adanya pembaharuan kurikulum ini bisa membantu para mahasiswa untuk mempersiapkan diri sejak di bangku kuliah, agar dapat menjadi lulusan yang mudah terserap dengan dunia industri,” ucapnya. Sementara itu, Hadi Prayitno dari BAIK KADIN Indonesia menuturkan bahwa salah satu poin penting dalam kurikulum yang harus dicantumkan ialah mengenai pemanfaatan teknologi.
“Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini kemampuan dan pemahaman mengenai teknologi menjadi hal yang sangat penting bagi para lulusan,” paparnya.
Hadi melanjutkan, hal lainnya yang perlu dipertimbangkan ialah mengenai business case, kreatifitas, desain and critical thinking, dan entrepreneur. “Yang terpenting bagi pengembangan kurikulum ialah Prodi harus bisa melihat secara sistematik yang tidak hanya berdasarkan kondisi saat ini, tetapi juga kondisi industri di masa depan,” imbuhnya. (NIS)
Bagikan :