Jakarta (Unas) – Tenaga kesehatan punya peran penting dalam pencegahan dan penatalaksanaan diabetes melitus. Hal inilah yang menjadi benang merah dalam webinar rapat kerja nasional ke XI Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI) XI secara daring, pada Minggu, (16/01). Bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Ilmu Keperawatan (HIMAKEP) Universitas Nasional (Unas), kegiatan ini membahas mengenai peran kesehatan dalam pencegahan dan penatalaksanaan diabetes melitus, untuk membantu tercapainya target SDGs.
Hadir sebagai narasumber, Division of Metabolism and Endocrinology, Departement of Internal Medicine FMUI, Prof. Dr. dr. Pradana Soewondo SpPD-KEMD., mengatakan, jumlah pasien penderita diabetes melitus di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Karena itu, diabetes melitus merupakan penyakit katastropik yang membutuhkan perhatian khusus.
“Pasien diabetes kronik ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah dan bisa menyebabkan komplikasi. Penyakit katastropik sendiri merupakan penyakit yang degeneratif atau tidak disadari, membutuhkan keahlian khusus dan alat kesehatan canggih, pengendalian dan pelayanan kesehatan seumur hidup, serta memiliki penyerapan klaim kesehatan yang besar,” ujarnya.
Ia menambahkan, sejak tahun 2010, pemerintah Indonesia sendiri telah menginisiasi Cronic Desease Management Program atau ‘Prolanis’ yang ditujukan bagi penderita penyakit kronis, yakni diabetes dan hipertensi. Ini merupakan program manajemen penyakit untuk diabetes melitus yang dapat memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik di Indonesia.
“Sebenarnya, kemanjuran pengobatan tidak hanya bergantung pada tenaga kesehatan itu sendiri, tetapi juga kepatuhan pasien dan sistem perawatan kesehatan. Oleh sebab itu, perawatan pasien diabetes harus dilakukan erkelanjutan, proaktif, terencana, serta membutuhkan kerjasama dalam perawatan secara tim,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Evidence Based pada pasien diabetes melitus, Dr. Debie Dahlia, S.Kep., MHSM., mengatakan, diabetes merupakan penyakit kronik serius yang terjadi saat pankreas tidak lagi mampu menghasilkan insulin atau ketika tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang dihasilkan dengan baik.
“Diabetes juga bisa menyebabkan komplikasi jangka panjang kerusakan ginjal, penyakit jantung, amputasi, komplikasi jangka pendek seperti gangguan tidur dan kelelahan, serta gangguan emosional dan sosial seperti depresi, ketakutan, serta perubahan sehari-hari dalam hubungan keluarga dan lingkungan penderita,” jelasnya.
Debie melanjutkan, dalam menjalani perawatan diabetes tersebut, pasien harus memodifikasi gaya hidup dan manajemen diri. Di sisi lain, perawat harus menggunakan metode dan teknik yang divalidasi secara ilmiah untuk perencanaan perawatan, dengan menggunaan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan standar.
Penatalaksanaan Ulkus Diabetikum, Ns. Rizky Hidayat, M.Kep., WOC(ET)N., mengatakan, luka diabetes sendiri memiliki karakteristik yakni pada perubahan kondisi kulit, edema, kulit sekitar hangat, infeksi, berkurangnya reflek atau sensitifitas, serta gangguan saat berjalan.
“Penderita diabates juga memiliki SOP perawatan luka sendiri yakni perawatan luka optimal 12 minggu, kontrol gula darah, agresive treatment untuk kontrol infeksi, support nutrisi berupa pemberian protein, kontrol edema, pemakaian alas kaki orthopedic, menentukan aktivitas sesuai kondisi pasien, adjunctive treatment, serta edukasi kepada pasien,” katanya.
Dosen FIKES Unas itu melanjutkan, peran perawat merupakan bagian penting dalam penanganan diabetes. Tanpa adanya perawat, penanganan maupun pengobatan penyakit ini akan terasa sulit. Mulai dari melakukan pencegahan, hingga pengobatan kepada penderita merupakan tugas tenaga medis untuk memberikan perhatian kepada pasiennya.
Dalam sambutannya, Dekan FIKES Unas, Dr. Retno Widowati, M.Si., juga menuturkan, webinar ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dalam rangka mewujudkan tenaga kesehatan khususnya perawat yang berkualitas.
“Mudah-mudahan mahasiswa keperawatan se-Indonesia bisa mengambil manfaat dalam webinar ini, sehingga dapat berperan dalam pencegahan dan penatalaksanaan diabetes melitus sebagai salah satu penyakit terbesar di Indonesia,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Unas, Ns. Dayan Hisni, S.Kep., M.N.S., mengatakan, webinar ini merupakan bagian dari rapat kerja ILMIKI yang dihadiri oleh perwakilan dari institusi pendidikan keperawatan se-Indonesia.
“Webinar ini juga dapat memberikan kita pemahaman bahwa mahasiswa Ilmu Keperawatan memiliki peranan strategis sebagai agent of change dalam mewujudkan SGSs khususnya bidang kesehatan pada poin ketiga. Semoga para peserta bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat, dan diimplementasikan dalam mewujudkan keunggulan prodi keperawatan,” ujarnya dalam sambutan.
Senada dengan hal tersebut, Ketua DPD PPNI Jakarta Utara, H. Maryanto, SKM, S.Kep., Ns., mengatakan, mahasiswa perawat dalam berperan aktif sebagai agent of change, sosial kontrol, atau penerus perawat kedepannya yang selalu menjaga aspek dan keselamatan kerja di masing-masing institusi.
“Semoga dengan webinar ini ilmu-ilmu yang disampaikan dapat dipahami dengan baik khususnya dalam penanganan dan penatalaksanan mengenai diabetes melitus di Indonesia, sehingga profesi perawat dapat betul-betul membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi,” harapnya dalam sambutan.
Kegiatan ini dimoderatori oleh Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners FIKES Unas, Ns. Naziyah, M.Kep., serta dihadiri oleh para pengurus dan anggota ILMIKI, HIMAKEP, serta mahasiswa Keperawatan yang tersebar di seluruh Indonesia dengan total 302 peserta. (NIS)