Jakarta (Unas) – Publikasi ilmiah memegang peranan penting baik bagi dosen maupun perguruan tinggi. Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt. mengatakan, tanpa adanya publikasi ilmiah, maka perkembangan ilmu pengetahuan tidak akan berkembang.
“Di era sekarang yang dimana riset sudah sangat maju, publikasi ilmiah menjadi hal yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, setiap akademisi harus memiliki sikap aktif dalam membuat publikasi ilmiah,” ujarnya dalam Webinar bertajuk ‘Ngepub (ngerti publikasi) bareng Alumni Prince of Songkla University (PSU) dan LPPM Universitas Nasional Jakarta’, Selasa (15/09).
Selain memberikan kontribusi untuk pengembangan ilmu pengetahuan, lanjutnya, publikasi ilmiah juga dapat mengkomunikasikan data, informasi, dan pemikiran ilmiah seseorang. Selain itu, adanya publikasi juga memenuhi janji hibah penelitian dosen dan syarat untuk naik pangkat.
“Publikasi bisa mengarsipkan dan melindungi temuan atau hasil karya ilmiah. Juga pembuktian kompetensi, profesionalisme individu atau lembaga, dan juga bisa memenuhi salah satu syarat kepangkatan dosen, yang pada nantinya akan menjadi penilaian pada akreditasi prodi ataupun universitas,” jelas Prof. Erna.
Hal tersebut didukung oleh Asesor BAN-PT, Dr. Retno Widowati, M.SI. Ia mengatakan, adanya publikasi sangat bermanfaat bagi jabatan fungsional dosen yang nantinya akan menentukan tingkat akreditasi prodi dan universitas.
“Publikasi tidak pernah lepas dari akreditasi dan akan menjadi siklus terus menerus dalam penilaian program studi. Adanya penelitian ilmiah juga bisa mendukung apa yang ingin dicapai oleh sebuah perguruan tinggi,” kata Retno yang juga sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Unas itu.
Selain itu, perguruan tinggi juga perlu memiliki lembaga yang mengelola penelitian dan menyusun rencana strategis penelitian. Misalnya, seperti menyusun kriteria dan prosedur penelitian yang menyangkut aspek peningkatan jumlah publikasi ilmiah, penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan jumlah dan mutu bahan ajar.
“Perguruan tinggi juga perlu menjaga dan meningkatkan mutu pengelolaan lembaga atau fungsi penelitian dalam menjalankan program penelitian secara berkelanjutan, melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap lembaga dalam melaksanakan program penelitian, memiliki panduan dan kriteria peneliti, serta mendayagunakan sarana dan prasarana penelitian,” tambahnya dalam webinar.
Dalam kesempatan yang sama, Alumni Prince of Songkla University, Thailad, Abdi Wira Septama, S. Farm., M. Sc., Ph.D., Apt. mengatakan, publikasi tidak hanya dilakukan dengan secara perseorangan atau individu, tapi juga kerja sama antar dosen, mahasiswa, ataupun antar lembaga atau institusi.
“Peneliti juga bisa berkolaborasi dalam membuat publikasi ilmiah, tidak hanya dilakukan secara individu. Dosen misalnya, mereka juga bisa bekerjasama dalam melakukan penelitian demi kepentingan data,” ujar Abdi yang juga bekerja di pusat penelitian kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu.
Di sisi lain, sebagai pembicara terakhir, Defriman Djafri, BS,PH, MPH, Ph.D., juga mengatakan, dosen sebagai salah satu komponen terpenting dalam pendidikan tinggi diharapkan dapat mengejar kemajuan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dari negara-negara lain terutama negara di Asia.
“Hal ini demi kepentingan melakukan penelitian karena peran dan tugas pokok dosen tidak hanya sebagai pengajar tetapi menjadi pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” tutupnya yang juga Alumni Prince of Songkla University, Thailad itu.
Kegiatan ini dibuka oleh sambutan dari Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Dr. Ir. Nonon Saribanon, M.Si. dan diikuti oleh dosen serta peneliti dari Universitas Nasional. (NIS)
Bagikan :