RIAU (UNAS) – Senja beranjak naik ketika kami menginjakkan kaki pertama kali di Desa Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Perjalanan udara dan darat yang memakan waktu sekitar 5 jam dari Jakarta itu akhirnya berhenti di tepi sungai Subayang. Pemandangan kebun kelapa sawit yang mendominasi selama perjalanan berganti dengan batang-batang nyiur melambai dan pondok-pondok sederhana yang berjejer di tepi sungai Subayang. Kami pun turun, perjalanan belum berakhir.
Tiga buah piyou telah siap membawa kami ke destinasi selanjutnya. Dalam Bahasa Indonesia, piyou diartikan sebagai sampan/ perahu. Tas-tas carrier besar yang tadinya di-tangkringkan di mobil pick up High-Lux harus dipindahkan ke dalam piyou . Perjalanan tahap ketiga pun dimulai, menyusuri Sungai Subayang yang diapit oleh Bukit Rimbang Bukit Baling menuju stasiun lapangan Camp Subayang, tempat kami akan menghabiskan waktu selama satu minggu untuk melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) mulai 15–21 April 2016.
Piyou kami disebut Jhonson. Ukurannya bisa memuat hingga 15 orang. Yang lebih kecil disebut Robin, muatnya sekitar 5-6 orang. Nama itu berasal dari jenis mesin pendorongnya. Penduduk lokal keterusan menyebutnya hingga sekarang. Selama perjalanan, kami disuguhkan oleh pemandangan yang luar biasa. Pohon-pohon besar dan rapat berjejer membentuk bukit rimbang bukit baling, bagaikan tembok raksaksa di kanan kiri yang mengawal sungai Subayang dari hulu hingga hilir. Sepanjang mata memandang, hanya warna hijau pepohonan, dan coklatnya air sungai diiringi dengan derasnya air yang dibelah oleh piyou.
‘’Rimbang Baling dipilih sebagai tempat KKL karena memiliki sumber daya alam yang tinggi dan belum terlalu dikenal dan dipetakan dengan baik kekayaan hayatinya. Suaka Margasatwanya memiliki hewan-hewan langka seperti harimau sumatera, tapir, burung rangkong, siamang dan kukang selain tumbuhan langka seperti Raflesia. Sebagai kawasan yang masih banyak belum dikenal dan dipetakan dengan baik kekayaan hayatinya, maka program studi KKL di lokasi ini akan menjadi menarik karena diharapkan Fakultas Biologi UNAS dapat mengekplorasi kekayaan jenis dan memetakan serta mengidentifikasi flora dan fauna yang ada didalamnya,’’ ungkap Ketua Panitia KKL Fakultas Biologi Universitas Nasional, Dr. Fachruddin Mangunjaya, di Camp Subayang, belum lama ini.
KKL adalah agenda rutin tahunan yang diusung oleh Fakultas Biologi Universitas Nasional. Pesertanya adalah mahasiswa semester ke-enam. Namun ada juga mahasiswa senior yang ikut sebagai panitia atau tim advance, selain para dosen yang mendampingi dan membimbing. Dalam KKL ini, mahasiswa dibagi berdasarkan bidang minat. Ada tujuh bidang minat yang diusung, yaitu bidang minat Ornitologi (burung), Primata, Mamalia, Jamur, Ekologi Manusia, Etno Botani dan Bioprospeksi.
‘’Mereka latihan observasi biologi lapangan berdasarkan bidang minat yang sudah dipilih dengan bimbingan para dosen. Misalkan bidang mamalia, akan masuk hutan untuk mencari mamalia baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung artinya bertemu dengan binatangnya, secara tidak langsung bisa melalui jejak atau sarangnya. Sementara ekologi manusia, etnobotani dan bioprospeksi mendatangi masyarakat untuk menggali informasi tentang kearifan lokal maupun tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sekitar dari tahun ke tahun,’’ ungkap Dr. Tatang Mitra Setia, Koordinator Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, KKL Fakultas Biologi di Rimbang Baling, Riau, Jumat (15/4).
Tujuannya, lanjut dia, untuk mendidik, melatih, mengembangkan, dan meningkat kemampuan minat, bakat, serta kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu dan pengetahuan terhadap tahap-tahap melakukan penelitian lapangan yang benar dan tepat. Selain itu, kegiatan ini turut mengembangkan pola pikir, daya nalar, sikap intelektualitas, tanggap, serta mempunyai kemampuan untuk mengamati dan menganalisis kejadian-kejadian yang ada di lapangan yang berhubungan dengan Ilmu Biologi.
Peringatan Hari Bumi
Tidak hanya mengeksplorasi kekayaan hayati Rimbang Baling, kegiatan KKL juga ditutup dengan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Kegiatan yang dilakukan pada Kamis, (21/4) di Balai Desa Tanjung Belit ini mengambil tema ‘’Menyelamatkan Keanekaragaman Hayati Melalui Pemanfaatan Secara Lestari’’. Kegiatan PKM dihadiri oleh Kepala Urusan Desa Tanjung Belit, Guntur, S.Pd. dan juga keempat kepala dusun Desa Tanjung Belit, para Ibu PKK dan perwakilan siswa SMA serta masyarakat desa. Pada PKM kali ini, Fakultas Biologi berbagi ilmu melalui dosennya, Drs. Ikhsan Matondang, M.Si. tentang Cara Pembuatan Kompos dan Dra. Noverita, M.Si. tentang Pengenalan Jamur Berpotensi Pangan dan Obat serta Budidayanya.
Dalam Sambutannya, Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama Universitas Nasional, Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt. berharap agar ilmu yang dibagi dapat bermanfaat bagi masyarakat desa, khususnya sebagai sumber ekonomi alternatif dan ketahanan ekonomi keluarga. Ia pun mengaku lebih banyak mendapat ilmu dari masyarakat selama melakukan KKL di daerah ini.
‘’Kegiatan PKM ini dilakukan karena kami sadar, betapapun tingginya ilmu yang dimiliki, jika tidak bermanfaat bagi masyarakat akan tidak ada gunanya. Mudah-mudahan apa yang kami bawa berguna bagi masyarakat khususnya masyarakat di Rimbang Baling, Riau. Namun, kenyataannya kamilah yang belajar banyak dari masyarakat. Kami belajar tentang kerarifan lokal tentang Lubuk Larangan, tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat. Untuk itu, kami berterimakasih untuk semua pihak yang sudah membantu dengan tulus iklas dan membahagiakan hati. Karena tanpa bantuan semua pihak tidak mungkin kegiatan ini dapat berjalan lancar,’’ ungkapnya.
Kegitan PKM menjadi puncak dari rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Fakultas Biologi Universitas Nasional. Kegiatan ini juga menandai peringatan Hari Bumi yang jatuh pada 22 April 2016. Dekan Fakultas Biologi Universitas Nasional, Drs. Imran S.L. Tobing, M.Si. mengungkapkan Hari Bumi telah diperingati sejak tahun 1970-an di seluruh dunia. Artinya, sudah sejak lama manusia tahu bahwa bumi ini sakit dan minta tolong.
‘’Ia merintih karena ulah manusia. Maka harapan kami, kita semua dapat berperan menyelamatkan bumi. Untuk itu dituntut kepedulian berkelanjutan untuk menyelamatkan bumi, menyelamatkan keanekaragaman hayati dan pemanfaatannya secara lestari. Manfaatnya tidak hanya untuk hari ini tapi esok-esok. Buat apa kita senang hari ini, tapi esok anak kita tidak dapat menikmati?’’ ujarnya.
Ia pun mengajak seluruh pihak untuk dapat menjaga keanekaragaman hayati tidak hanya untuk generasi saat ini, namun guna generasi mendatang. (*mth)
Bagikan :