JAKARTA – Geliat dunia politik saat ini lebih banyak dihiasi oleh perang opini, kebencian serta berita bohong. Saat ini jagat dunia maya disibukan dengan saling serang anatar pendukung kandidat masing – masing. Mereka berlomba – lomba mencari kesalahan dan keburukan lawan mereka. Kondisi ini sudah terjadi sejak putaran pertama Pilgub DKI Jakarta bergulir. ujar Effendi dalam dies natalis di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) di Jakarta, Kamis (23/3).
Pengamat Komunikasi Politik Effendi Gazali mengatakan, netizen akan menemukan titik jenuh dengan berbagai perang dan kebencian di media sosial. Perang antar pendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat serta Anies Baswedan – Sandiaga Uno pada waktunya bakal mereda.
“Masa setiap buka smartphone ada kalimat itu terus, orang ini enggak ada capeknya apa? Nah mungkin ketika di situ lahir sebuah disonansi politik yang memikirkan apa yang mereka buat dan bagus,” ujar Effendi . Tim sukses dan pendukung harus mulai lebih cerdas memanfaatkan media sosial. Perang dan ujaran kebencian di media sosial tidak akan menguntungkan karena netizen kini sudah lebih rasional.
Untuk itu lanjut Effendi ia menghimbau kepada masing-masing tim media sosial pasangan cagub dan cawagub DKI sebaiknya mulai menyebarkan hal-hal yang sifatnya positif. Setidaknya masih ada sekitar 450.000 pemilih di DKI yang belum menentukan suaranya. Jika media sosial digunakan dengan baik, maka bukan tidak mungkin pasangan cagub-cawagub bisa mencuri perhatian dan suara mereka.
“Paling tidak hari ini harus dua duanya melakukan, melayani serangan karena kalau enggak dilayani bahaya juga tuh, kalau satu kubu mau dibangun Pemerintah syariat kan mau enggak mau harus diklarifikasi. Tapi pada bagian lain, saya melihat ada di situ,” papar Effendi.
Bagikan :